Jumat, 28 September 2018


Alhamdulillah.. dikasih kesempatan bisa nulis lagi. Kali ini idenya muncul dari iklan di tv yang wara -wiri mengenai stunting. Awalnya saya sama sekali tidak punya gambaran seperti apakah stunting ini. Namun setelah melakukan literasi dari berbagai sumber akhirnya saya sedikit tercerahkan.. :D
Lha ini katanya stunting bias dicegah dengan mengoptimalkan 1000 hari pertama kehidupan anak. Fine, sebelum dibahas kesana saya terangkan dulu stunting itu sendiri ya.
Jadi, stunting itu sebenarnya adalah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek disbanding orang lain seumurannya. Adapun salah satu yang menjadi penyebab dari stunting ini adalah kurangnya asupan gizi di 1000 hari pertama kehidupan (dari janin sampai dengan usia 2 tahun). Kenapa hal ini bisa terjadi? Banyak faktor yang menyebabkannya, antara lain:
  • Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
  • Kurangnya akses ke makanan bergizi
  • Kurangnya akses layanan kesehatan pada ibu dimasa kehamilan 
  •  Kurangnya akses layanan air bersih dan sanitasi.
Jadi sudah lebih paham loh ya mengenai penyebab dari stunting ini. Jadi penting sekali bagi kita untuk mengedukasi diri sendiri tentang pentingnya menjaga kesehatan dan gizi mulai dari masa kehamilan. Jadi tidak dari mulai bayi lahir ya ibu-ibu :D
Setelah kita lihat penyebabnya, kita juga bias mengenali seseorang yang mengalami stunting dari ciri-ciri yang diperlihatkan, yaitu:
  • Pertumbuhan melambat
  • Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam 
  • Wajah tampak lebih muda dari usianya 
  • Tanda pubertas terlamban 
  • Pertumbuhan gigi terlambat 
  • Performa buruk pada hasil belajar
Jadi jangan senang dulu ya bu jika melihat anak kita bertubuh mungil dan kelihatan imut, bisa jadi itu disebabkan oleh stunting.😅
Pembahasan kali ini saya awali  untuk penyebab yang utama  dulu ya biar bisa lebih memahami dulu.
Sebenarnya, Kementerian Kesehatan RI senantiasa mengeluarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dievaluasi dan direvisi dalam kurun waktu tertentu. Dalam tabel AKG tersebut kita bisa melihat berapa besar kebutuhan zat gizi mulai dari bayi sampai lansia, bahkan ada pembagiannya per rentang usia dan jenis kelamin.

Dengan memperhatikan besaran nilai AKG tersebut kita bisa saja mencegah terjadinya kekurangan gizi kronis pada anak-anak Indonesia yang mengakibatkan meningkatnya angka kejadian stunting. Pada umumnya untuk dewasa nilai AKG yang diperlukan ada di kisaran 2000 kalori, sedangkan untuk bayi 0-6 bulan dimulai dari kisaran angka 550 kalori yang cukup dipenuhi dengan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun.

Untuk balita nilai AKG yang diperlukan ada di kisaran angka 1125 bagi anak usia 1-3 tahun hingga 1600 bagi anak usia 4-6 tahun. Dari AKG tersebut kita bisa menghitung kebutuhan energinya berapa, proteinnya berapa, lemaknya berapa dan karbohidratnya berapa. Kalau kita perhatikan tabel AKG bahkan kita bisa menemukan rekomendasi untuk mikronutrien seperti vitamin dan mineral.
Top of Form

Asupan gizi yang kurang bisa membuat anak berisiko mengalami masalah gizi kronis seperti stunting.Gaya hidup masyarakat kini sudah semakin berkembang. Kemunculan berbagai hal yang berbau zaman now  mulai dari makanan hingga gaya hidup sekarang jadi makin populer. Misalnya saja makanan yang kekinian, enak, dan mudah dijangkau banyak diminati oleh anak muda masa kini. Padahal, belum tentu apa yang mereka konsumsi memiliki kandungan gizi seimbang yang diperlukan tubuh.

Gizi seimbang termasuk salah satu topik yang masih sering diabaikan oleh sebagian besar masyarakat. Terlebih belum semua masyarakat Indonesia terbebas dari masalah gizi. Sekilas mungkin anak terlihat baik-baik saja. Tapi, ternyata asupan gizi yang kurang bisa membuatnya berisiko mengalami masalah gizi kronis seperti stunting.
Risiko stunting sendiri sudah mengintai sejak janin dalam kandungan dan dapat diketahui ketika balita sudah diukur panjang dan tinggi badannya. Ketika hasil pengukuran dibandingkan dengan standar dan hasilnya berada di bawah normal dapat diketahui ia menderita stunting. Kondisi kekurangan gizi sejak usia dini ini bisa meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan si penderita mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang nggak proporsional saat beranjak dewasa.

Tidak hanya sebatas itu, kemampuan kognitif anak juga berkurang akibat masalah gizi ini. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi prestasinya di sekolah. Kondisi stunting di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data yang dikutip dari jurnal SITUASI BALITA PENDEK yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2016, prevelansi status balita yang mengalami stunting naik di angka 37,2% pada tahun 2013, jika dibandingkan pada tahun 2010 yang berada di angka 35,6%. Lantas, gimana bisa membangun bangsa yang besar kalau kebutuhan gizi anak saja tidak bisa dipenuhi dengan optimal?

Stunting sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Kuncinya adalah pemenuhan kebutuhan gizi secara seimbang sejak janin di dalam kandungan. Berdasarkan data-data yang terdapat dalam jurnal yang dipublikasikan oleh MCA-I, stunting bisa dicegah kok lewat pemenuhan kebutuhan gizi seimbang yang terkadang masih kurang diperhatikan orang tua jaman sekarang. Kebanyakan lebih menyukai memberi berbagai macam makanan asal anak mau makan, beberapa di antaranya karena alasan ekonomi sehingga abai terhadap kebutuhan gizi anak.

Ternyata, memenuhi kebutuhan gizi generasi bangsa itu harus diawali sejak bayi di dalam kandungan. Ibu hamil wajib mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang. Konsumsi suplemen seperti tablet zat gizi juga penting buat memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Sementara itu, pemenuhan kebutuhan gizi pada bayi bisa dilakukan dengan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Kalau sudah melewati usia tersebut, bayi harus mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas dengan memperhatikan kandungan gizinya. Jangan lupa balita juga harus terus dipantau pertumbuhannya secara rutin di Posyandu, supaya jika ada gangguan pertumbuhan bisa dideteksi sedini mungkin.

Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah defisiensi zat gizi yang paling sering terjadi pada anak di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. (Windiastuti, 2013) Nah itu tadi definisi umumnya ya mom, terus emang apa pentingnyua sih si zat gizi mikro ini dalam tubuh kita? Fungsi zat besi yang paling utama adalah untuk perkembangan sistem syaraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Selain itu zat besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi fisik dan kemampuan bekerja. 
Zat besi memberikan peran besar dalam pembentukan sel darah merah. Sedangkan sel darah merah berfungsi mengantarkan oksigen ke seluruh organ tubuh termasuk otak. Selain itu zat besi juga berperan dalam ketahanan tubuh.

Dari mana kita tahu kalau bayi kita kena ADB? Penyebab bayi bisa terkena ADB ada beberapa faktor diantaranya :
·         bayi dengan berat lahir rendah biasa disebut BBLR, yaitu berat badan lahir di bawah 2,5 kg)
·         bayi lahir sebelum waktunya (premature)
·         bayi dari ibu yang anemia
·         bayi yg asupan zat besi nya rendah.
Jadi, gimana biar anak-anak nggak menderita ADB ? Yang pertama dan utama kita dan keluarga terutama anak-anak harus mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Makanlah dengan aneka variasi makanan sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi. Kemudian perhatikan higiene dan sanitasi anak-anak. Karena infeksi kecacingan juga bisa menyebabkan terjadinya ADB.

Terus bahan makanan apa aja ya yang zat besinya tinggi? Makanan yang kaya akan zat besi itu ada sayuran berhijau daun, buncis, brokoli, serealia, kacang2an dan beraneka ragam lauk hewani. Adapun lauk hewani merupakan sumber zat besi dari golongan heme yang lebih mudah diabsorbsi atau diserap dalam tubuh. Ketika mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi usahakan diimbangi dengan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C . Karena vitamin C punya peran besar dalam penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Selain itu hindari pula konsumsi zat yang mengganggu penyerapan zat besi ketika kita makan, contohnya : Teh, kopi, susu sapi dan kuning telur. Kalau anak kita sudah terlanjur kena ADB segera konsultasi untuk mendapatkan dosis terapi sesuai kebutuhan. Waktu paling ideal untuk memberikan suplementasi zat besi adalah pagi hari ketika perut masih kosong. Karena penyerapan zat besi optimal dalam kondisi asam. Perhatikan juga cara pengolahan makanan agar zat besi tidak rusak atau hilang. Akibat ADB juga berkurangnya kemampuan olah lidah untuk mengecap rasa sehingga mempengaruhi nafsu makan anak. Itu yang paling dekat korelasinya kenapa ADB bisa menyebabkan GTM kronis

Gizi seimbang bukan hanya soal makanan saja. Kita juga wajib memperhatikan gaya hidup secara menyeluruh untuk mencegah stunting. Faktor sanitasi atau kebersihan lingkungan juga bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak. Hal ini disebabkan karena anak usia di bawah 2 tahun rentan terkena berbagai infeksi dan penyakit.

Tidak hanya itu, kebiasaan tubuh untuk terus bergerak seperti melakukan olahraga rutin dan selalu memantau kesehatan tubuh sendiri juga penting untuk membebaskan generasi penerus bangsa dari risiko stunting. Jadi, dengan memperhatikan asupan nutrisi tepat yang diserap tubuh dapat mengoptimalkan pertumbuhan tubuh jadi lebih tinggi, menutrisi otak yang bisa merangsang kecerdasan sehingga bisa meraih prestasi yang diimpikan.

Jadi itulah penjelasan dari saya mengenai stunting ini, semoga bias menambah pengetahuan bagi kita semua ya.

0 komentar:

Posting Komentar