Dalam setiap kehadiran selalu akan ada ketiadaan. Dalam setiap kemunculan selalu akan ada kehilangan. Siapa yang datang, maka dia pula yang akan pergi. Lihatlah mentari. Dia datang menyapa tanpa kata, dan akhirnya merangkak senja hingga hilang dipelupuk mata. Bagaikan padi yang hijau, kemudian menguning, dan akhirnya mengering seakan tak pernah ada. Bagaikan pepohonan yang ranum buah, kemudian kering kerontang. 

Adalah naif, bila kita menginginkan sesuatu, dan tak bersedia melepaskannya. Dan juga adalah keliru, bila kita telah mendapatkan sesuatu, namun belum siap untuk kehilangannya. Itulah sunnatullah yang telah ditulis-Nya. Sebagaimana ada terbit, ada pula terbenam. Ada awal, ada pula akhir. Yang kekal hanyalah DIA, yang Maha Awal dan yang Maha Akhir, yang menerbitkan dan yang menenggelamkan.

Diri ini ingin merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang mungkin akan terasa dari ujung rambut hingga mata kaki. Dari kulit ari hingga menyerap ke tulang sum-sum. Kebahagiaan yang tak terkira bagi diri ini, karena menemukan “a wonderful life”. Sekalipun dirimu melihatnya ada di ‘luar’ sana. Dirimu mungkin akan hilang dari pandangan dan pendengaranku. Tapi aku akan tetap mengatakan, “it’s a beautiful life”. Bagaikan matahari yang berselimut pekat, kemudian hilang ditelan gelap. Namun aku tidak akan sedih kehilangannya, karena aku tahu cahaya matahari itu masih akan tetap ada (terpantul.) Dan keberadaannya akan nampak dari indahnya sinar rembulan.


0 komentar:

Posting Komentar