Ayah… 58 tahun kini usiamu. Rambutmu yang mulai
memutih menyiratkan wajah yang semakin tua rasanya… ah…. Ayah belum cukup
rasanya kami anak-anakmu memberikan yang terbaik sesuai dengan harapanmu.
Ayah…. Tidak cukup rasanya waktu ini menulis tentang
dirimu. Ada banyak kisah yang terangkum tentang dirimu…
![]() |
Add caption |
Satu lagi ayah yang kuingat sewaktu aku masih SD dulu…
sampai kelas 3 setiap menerima rapot engkau pasti menungguiku… dan aku membayar
itu semua dengan kebanggaan padamu… setidaknya 3 besar selalu kuraih saat itu.
Dan pulang dari sekolah engkau pasti mengajakku ke pasar dan membelikan hadiah
untukku. Dan yang paling sering adalah selop BATA… hahaha bahkan hingga aku
kuliah pun engkau masih mau membelikan sendal untukku..
Ayah…ketika aku sudah SMP ada kejadian lucu yang
kuingat hingga sekarang.. Dulu aku sering terlambat berangkat sekolah, padahal
letak sekolahku tidak begitu jauh dari rumah.. dan satu hal yang kusalahkan
penyebab keterlambatan itu semua adalah rutinitas sarapan pagi… dan untuk
menyiasati itu semua aku mengeliminasi rutinitas itu dengan trik yang kupikir
tidak akan pernah terbongkar.. aku taruh nasi di piring, kemudian kukembalikan
lagi ketempatnya, jadi masih ada sisa-sisa nasi yang lengket. Kemudian ku kasih
kuah sedikit jadi seolah-olah piring itu adalah bekas makan.. ah ayah… itu
berlangsung cukup lama dan akhirnya ketahuan olehmu. Akibatnya engkaupun
menungguiku setiap pagi menghabiskan sarapanku. Dan tahukah engkau ayah.. jujur
sebenarnya itu sangat menyiksa…
Menjelang akhir masa SMP ku engkau menyaranku ku
melanjut ke Matauli di Sibolga. Alasannya agar aku lebih mandiri.. sebenarnya
aku tidak begitu tertarik, tapi gag papalah dicoba pikirku saat itu.. akhirnya
jauh-jauh hari sebelum mengikuti tes itu engkapun dengan semangatnya selalu
mengajakku pagi sehabis subuh untuk lari pagi… Untuk menguatkan stamina katamu
waktu itu.. dengan mata yang masih mengantuk, engkau membangunkan ku untuk lari
pagi.. rute yang sama di tiap pagi dan dengan rasa yang malas-malasan juga. Aku
selalu jauh tertinggal dibelakangmu karena lebih sering jalan dengan kepala
yang terantuk-antuk.. dan biasanya aku mulai berlari kalau mendengar ada suara
anjing yang menyalak…
Jujur ayah.. dari semua tes yang kulakukan saat
mencoba masuk Matauli, tes samapta itulah yang paling berat kurasakan, rasanya
badan ku remuk redam waktu itu, sampai aku berujar tidak akan pernah masuk
sekolah ini.. bahkan di pengumuman lulus pun engkau tidak kuberi tahu. Akhirnya
engkau tahu sendiri dan terus membujukku agar tetap mau sekolah disana. Biar
mandiri.. itu selalu alasanmu. Entah kenapa ya ayah aku akhirnya terbujuk juga
waktu itu.
Aku masih ingat pertama sekali mau berangkat kesana,
aku berontak lagi dan menangis meminta engkau untuk membatalkan itu semua… Tapi
toh akhirnya 3 tahunku berhasil juga kuselesaikan disana.
Di akhir SMA ku engkau menyarankan untuk kuliah di
Medan saja, setidaknya disana banyak saudara katamu waktu itu, dan aku menurut
saja.
Walaupun pilihan terakhir tapi aku lulus juga SPMB
waktu itu dan kuliah di Pendidikan Geografi Unimed.. Setidaknya aku sama
seperti Bunda ya ayah… Dulu dia seorang guru juga, bukan hanya buat orang lain
tapi juga untuk keluarganya. Aku juga ingin seperti itu kelak menjadi pendidik
untuk keluargaku nantinya.
Ayah…. Takdir Allah berbicara lain. Belum sempat aku
menyelesaikan pendidikanku, bunda orang yang sama-sama kita sayangi akhirnya
pergi untuk selama-lamanya.
Aku bahkan engkapun aku yakin tidak akan pernah
mengira semua akan terjadi seperti itu.. bukankah beberapa jam sebelum
kepergian beliau di rumah sakit sambil aku menyisir rambut bunda kita masih
sempat bersenda gurau, bercerita banyak hal…
Jujur ayah.. saat itu aku betul-betul takut akan
seperti apa keluarga kita kelak. Engkau sajapun belum pulih benar dari sakitmu
dan harus menerima ujuan itu semua.. tapi aku anak pertama ya ayah.. setidaknya
aku yang harus berdiri kokoh disampingmu sekarang..
Akhirnya aku menyelesaikan pendidikanku hanya dengan
dirimu ayah… bahkan Adel kuliah hingga lulus dan Fahri kau kuliahkan ke Bandung
pun semua itu kau perjuangkan sendiri..
Ayah…ada sifatmu yang sangat aku banggakan hingga saat
ini, engkau bukanlah seorang kepala rumah tangga yang taunya hanya mencari
nafkah saja.. engkau tidak segan membantu bunda dulu mengerjakan tugas-tugas
rumah tangga… Bahkan memasak pun engkau bisa lakukan itu ayah.. sampai sekarang
bagiku nasi goreng buatanmu adalah yang paling enak di dunia ayah… Ayah… sosok seperti dirimu lah yang kuinginkan
sebagai pendampingku nantinya… tegas tapi penuh kelembutan.
Ayah… aku tahu tidak mudah hidupmu beberapa tahun
belakangan ini.. tidak mudah bagimu membesarkan, merawat, dan menjaga 3 orang
putri dan 2 orang putra dengan usia dan sifat yang berbeda-beda… tapi engkau perjuangkan itu semua ayah….
Ayah.. sudah 4 kali Lebaran kita lalui hanya berenam.
Dan pesanmu yang selalu kuingat setiap kami sungkem dan memohon maafmu
adalah “Jangan pernah tunjukkan pada
orang lain kalau kalian sudah tidak beribu lagi… tanpa dia kalian tetap harus
hidup rukun dan saling menjaga satu sama lain…” itu selalu yang kau tekankan pada kami. Ya
ayah.. aku akan selalu mengingat pesanmu itu.
Ayah… dihari miladmu ini aku ucapkan Selamat Hari
Lahir Ayah…. Semoga engkau selalu diberikan Allah SWT kesehatan, umur yang
berkah, kesabaran dan keikhlasan untuk selalu menjaga kami anak-anakmu….Aamiin
ya Allah….
Ya Allah… beri kami putra putrinya ini kesempatan
untuk memberi kebahagiaan untuknya karena apa yang kami dapat darinya hingga
sekarang itu belum bisa membalas segala pengorbanannya…
Ayah…. Jika surga ada di bawah telapak kaki ibu, maka
bagiku telapak kakimulah jalan menuju surga itu..
0 komentar:
Posting Komentar