Minggu, 02 Juni 2013

Juni... juni.. juni... !!!

Masuk bulan baru dan semakin ke tengah tahun 2013... Bisa-bisa gak terasa malah makin ke akhir tahun 2013... semakin dekat dengan akhir tahun biasanya juga menjadi saat berkubangnya kita dengan tanya tentang masa depan. Apa sesungguhnya masa depan itu? Apakah ia semata-mata sekadar masa setelah masa kini? Apakah di depan masa depan masih ada masa depan lagi? Sejauh mana kita bisa mendefinisikan bagian tertentu dari hidup kita sebagai masa depan?
Jika kita bisa sepakat, barangkali masa depan merupakan cermin bahwa kita masih memiliki harapan. Apa yang lebih penting daripada harapan? Tidak ada, karena harapanlah yang menjadi dasar mengapa kita hidup di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Harapan pula yang menggerakkan kita untuk mau menerima risiko kehidupan, seberapa pun besarnya, karena kita percaya bahwa harapan akan menggantikan semua yang telah kita keluarkan dengan sesuatu yang lebih besar dan berarti..

Dan karena kita tak berdaya melawan arus kehidupan yang bergerak ke depan, bukan ke belakang, maka mau tak mau kita harus menempatkan harapan itu sebagai sesuatu yang berdiri di depan sana. Dia menanti, menyosong, dan merangkul saat kita berlari, tidak sekadar berjalan, ke depan untuk mengejarnya?sekalipun yang menempatkan masa depan itu kita sendiri. Tetapi, apa benar kitalah yang menempatkan masa depan? Lantas, seberapa percayakah kita kepada kehidupan di masa yang akan datang?
Jika pertanyaan tentang masa depan ini jadi begitu memusingkan, itu karena kita sendiri bingung apa sebetulnya masa depan itu. Jika ia adalah kehidupan di masa mendatang, kehidupan masa yang manakah itu? Kalau kita masih bayi, apakah masa depan kita adalah ketika kita menjadi remaja? Kalau kita jadi remaja apakah masa depan itu ketika kita jadi dewasa? Begitu juga kalau kita jadi dewasa apakah masa depan kita adalah ketika kita jadi tua? Kalau begitu, apakah masa depan adalah masa yang kita namakan begitu saja semau kita tanpa pernah kita bisa mendefinisikannya? Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak sempat menjadi remaja, dewasa, dan tua berhubung yang bersangkutan sudah mati lebih dulu? Apakah mereka sempat mencicipi masa depan? Di manakah masa depan mereka?
Nah, ternyata masa depan itu ternyata memang bukan di sini, melainkan di sana (akhirat), sebab sepanjang masih di dunia ini definisi masa depan masih terus membingungkan kita. 

0 komentar:

Posting Komentar