Juni... juni.. juni... !!!
Masuk bulan baru dan semakin ke tengah tahun 2013... Bisa-bisa gak terasa malah makin ke akhir tahun 2013... semakin dekat dengan akhir tahun biasanya
juga menjadi saat berkubangnya kita dengan tanya tentang masa depan. Apa sesungguhnya
masa depan itu? Apakah ia semata-mata sekadar masa setelah masa kini? Apakah di
depan masa depan masih ada masa depan lagi? Sejauh mana kita bisa
mendefinisikan bagian tertentu dari hidup kita sebagai masa depan?
Jika kita bisa sepakat, barangkali masa depan
merupakan cermin bahwa kita masih memiliki harapan. Apa yang lebih penting
daripada harapan? Tidak ada, karena harapanlah yang menjadi dasar mengapa kita
hidup di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Harapan pula yang menggerakkan
kita untuk mau menerima risiko kehidupan, seberapa pun besarnya, karena kita
percaya bahwa harapan akan menggantikan semua yang telah kita keluarkan dengan
sesuatu yang lebih besar dan berarti..
Dan karena kita tak berdaya melawan arus kehidupan yang
bergerak ke depan, bukan ke belakang, maka mau tak mau kita harus menempatkan
harapan itu sebagai sesuatu yang berdiri di depan sana. Dia menanti, menyosong, dan merangkul
saat kita berlari, tidak sekadar berjalan, ke depan untuk mengejarnya?sekalipun
yang menempatkan masa depan itu kita sendiri. Tetapi, apa benar kitalah yang
menempatkan masa depan? Lantas, seberapa percayakah kita kepada kehidupan di
masa yang akan datang?
Jika pertanyaan tentang masa depan ini jadi begitu
memusingkan, itu karena kita sendiri bingung apa sebetulnya masa depan itu.
Jika ia adalah kehidupan di masa mendatang, kehidupan masa yang manakah itu?
Kalau kita masih bayi, apakah masa depan kita adalah ketika kita menjadi
remaja? Kalau kita jadi remaja apakah masa depan itu ketika kita jadi dewasa?
Begitu juga kalau kita jadi dewasa apakah masa depan kita adalah ketika kita
jadi tua? Kalau begitu, apakah masa depan adalah masa yang kita namakan begitu
saja semau kita tanpa pernah kita bisa mendefinisikannya? Lantas bagaimana
dengan mereka yang tidak sempat menjadi remaja, dewasa, dan tua berhubung yang
bersangkutan sudah mati lebih dulu? Apakah mereka sempat mencicipi masa depan?
Di manakah masa depan mereka?
Nah, ternyata masa depan itu ternyata memang bukan di sini, melainkan
di sana
(akhirat), sebab sepanjang masih di dunia ini definisi masa depan masih terus
membingungkan kita.
0 komentar:
Posting Komentar